Jumat, 10 Februari 2012

OPINI KU (Masalah Sosial Negara Ini)

Aspek sosial adalah indikator yang tidak mungkin terlepas dari kehidupan
manusia. Dalam menjalani kehidupan, semua segi berkaitan erat dengan sosial.
Akibatnya, masalah umum yang dihadapi oleh masyarakat juga berkaitan dengan aspek
sosial. Mungkin masalah dalam kehidupan memang hal yang lumrah, tapi masalah sosial
yang semakin parah tidak bisa lagi di terima sebagai hal yang biasa. Kita bisa melihat
masalah-masalah tersebut dari berbagai sudut, misalnya segi ekonomi, pendidikan,
budaya,biologis, dan psikologis. Mungkin akan lebih baik jika kita membahas keadaan
yang terjadi di lingkup negara kita, Indonesia.Dari beberapa aspek tersebut yang paling
menyita perhatian saya adalah dari segi ekonomi, pendidikan dan budaya. Tanpa ada
pembahasan khusus, masyarakat sudah paham bagaimana keadaan negara kita dari tiga
aspek tersebut. Aspek-aspek masalah sosial itu ibarat lingkaran, menjadi sebuah bentuk
yang tidak bisa kita tahu berawal dan berakhir dimana. Semua aspek tersebut saling
berkaitan satu sama lain dan memiliki relasi timbal balik yang sangat erat. Berbicara
tentang ekonomi, adalah suatu pemandangan yang miris disaat kita melihat
ketimpangan ekonomi di negara ini. Saya juga tidak menyalahkan siapa-siapa apabila
terjadi perbedaan tingkat ekonomi, tapi apa memang harus dalam keadaan yang seperti
ini?? Kemana para dermawan? Kemana pemerintah? Mana janji pemerintah di pasal 34
UUD 1945? Seandainya masalah ekonomi di negara ini bisa diminimalisir, saya
berpendapat, negara ini juga akan terhindar dari masalah-masalah sosial lainnya.
Karena, sebenarnya masalah-masalah lain itu bermula dari kesulitan ekonomi. Kita tau
bahwa pemetaan masyarakat miskin di negara ini tersebar merata di semua wilayah,
bahkan mungkin di kota-kota besar jauh lebih besar di bandingkan di desa. Saya
menyimpulkan, semiskin-miskinnya mereka yang di desa, kehidupannya tidak sesulit
masyarakat miskin di kota. Kehipan di kota jauh lebih berat di banding di desa. Karena
tuntutan hidup yang semakin berat, kapasitas kebutuhan yang semakin tinggi, tidak bisa
disalahkan apabila mereka mengandalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Dan
masalah pun lebih banyak muncul dikota besar di bandingkan dengan di desa. Kita
bahas simpel saja, kesulitan ekonomi itu berbuntut pada tindakan kriminal, kurangnya
pendidikan, gangguan psikologis, dan berbagai masalah lainnya. Lalu, sudah sejauh apa
masalah-masalah tersebut menggerogoti masyarakat kita??Saya menjawab,”sudah
sampai pada level kritis”. Sedih rasanya apabila kita melihat pemulung mengais-ngais
tempat sampah, berharab bisa menemukan plastik ataupun dus yang bisa dijual, bahkan
tidak jarang di antara mereka yang juga memungut makanan basi di tempat sampah
untuk dimakan. Bisa kita bayangkan akan seperti apa keadaan mereka. Hasil pencarian
mereka seharian hanya dihargai ribuan rupiah, mungkin belasan ribu paling banyak.
Entah penyakit apa saja yang bisa menyerang mereka karena memakan makanan yang
jauh dari pantas untuk di konsumsi.
Masalah pendidikan juga merupakan masalah sosial yang tidak kalah rumitnya di
negara kita. Banyak sekali anak-anak usia sekolah yang terlantar di jalanan, kehidupan
di jalanan yang keras membentuk pola pikiran yang cenderung brutal. Meskipun ada
program pendidikan gratis bagi anak-anak usia sekolah, tapi bisa kita saksikan bahwa
segi pendidikan di negara kita masih jauh dari baik. Banyak anak-anak yang tidak
memperoleh pendidikan yang layak. Meskipun ada program sekolah gratis dari
pemerintah, tapi akses mereka menuju pendidikan itu kadang sangat sulit. Hal ini juga
kembali berhubungan dengan masalah ekonomi. Sebagian keluarga tidak
memprioritaskan pendidikan, pola pikir mereka yang cenderung sempit lebih
mengutamakan materi dibanding pendidikan anaknya yang bermutu. Hal ini tak jarang
berbuntut pada terbatasnya akses sang anak untuk belajar. Mereka di eksploitasi di
usia dini oleh orang tuanya untuk mencari nafkah. Disisi lain, ada anak yang ingin
belajar tetapi sarana dan prasarana yang ada di lingkungannya tidak mendukung. Hal
ini terjadi karena tidak meratanya pengalokasian sistem pendidikan. Hal ini biasanya
terjadi di daerah yang akses transportasinya masih sulit.
Selanjutnya, norma-norma di dalam masyarakat yang sebelumnya ampuh
sebagai pengendali perilaku masyarakat, pada zaman ini sudah banyak diabaikan.
Norma-norma adat dan budaya cenderung menjadi cemooh dan ledekan di tengahtengah
masyarakat. Entah kenapa? Mendasarkan tingkah laku pada nilai-nilai budaya
pada zaman ini seolah-olah terlihat seperti hal memalukan yang harus di tutupi rapatrapat.
Masyarakat lebih nyaman mengikuti nilai-nilai kebebasan yang berkiblat kepada
bangsa barat. Kebudayaan mereka terasa sangat bagus untuk diikuti dan norma budaya
kita pantas ditinggalkan. Masalah seperti itu pun berawal dari minimnya pendidikan
yang mengakibatkan masyarakat sulit untuk membedakan mana yang baik dan tidak.
Sulit untuk menalar tentang hal-hal yng mereka yakini baik untuk diikuti. Masyarakat
cenderung mencontoh tanpa menfilter terlebih dahulu. Dalam pikiran mereka hanya
ada keyakinan bahwa semua hal yang berhubungan dengan budaya barat itu bagus, itu
terlihat modern dan cenderung malu untuk mempertahankan nilai-nilai budaya
alaminya sendiri.
Mengkaji masalah sosial adalah suatu hal yang sangat kompleks. Semua segi
yang jadi masalah itu saling berkaitan membentuk jalinan utuh yang susah di urai.
Lantas apa yang bisa kita lakukan sebagai generasi muda bangsa ini??Memulai dari halhal
kecil yang bermanfaat dengan tujuan positif pasti akan sangat membantu, meski
tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi perlahan tapi pasti generasi muda
pasti mampu membawa perubahan. Kita mampu membebaskan bangsa ini dari
lingkaran masalah sosial yang menyedihkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar